Jumat, 11 November 2011

MENGGAMBAR KONSTRUKSI TANGGA

MENGGAMBAR KONSTRUKSI TANGGA
.1 Menggambar Konstruksi Tangga Beton
Tangga pada masa lampau mempunyai kedudukan sangat penting karena
membawa prestise bagi penghuni bangunan tersebut. Tetapi sekarang bila
membuat bangunan disertai tangga sudah bukan barang kemewahan lagi. Ini
tidak lain karena tanah yang dipunyai tidak luas maka pengembangannya harus
ke atas dan pasti memerlukan tangga.
Tangga harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
– Dipasang pada daerah yang mudah dijangkau dan setiap orang pasti
memerlukan
– Mendapat penerangan yang cukup terutama siang hari
– Mudah dijalani
– Berbentuk sederhana dan layak dipakai
Tangga berfungsi sebagai penghubung antara lantai tingkat satu dengan
lainnya pada suatu bangunan.
Sudut tangga yang mudah dijalani dan efisien sebaiknya mempunyai
kemiringan ± 40º. Jika mempunyai kemiringan lebih dari 45º pada waktu
menjalani akan berbahaya terutama dalam arah turun.
Agar supaya tangga tersebut menyenangkan dijalani, ukuran optrade (tegak)
dan aantrede (mendatar) harus sebanding.
Rumus tangga:
1 Aantrade + 2 Optrade = 57 sampai dengan 60 cm
Pertimbangan
Panjang langkah orang dewasa dengan tinggi badan normal itu rata-rata 57–
60 cm. Menurut penelitian pada saat mengangkat kaki dalam arah vertikal
untuk tinggi tertentu dibutuhkan tenaga 2 kali lipat pada saat melangkah dalam
arah horizontal.
Misal sebuah bangunan bertingkat dengan tinggi lantai 3,50 m anak tangga
tegak (optrade) ditaksir 18 cm.
Jadi jumlah optrade = 350 : 18 = 18, 4 buah dibulatkan = 19 buah sehingga
optradenya menjadi = 350 : 19 = 18,4 cm. Ukuran ini harus diteliti benar sampai
ukuran dalam milimeter.
196
Menurut rumus tangga:
1 aantrade + 2 optrade = 57 – 60 cm
Lebar aantrade (57 a’ 60 ) – 2 x 18,4 = 20, 2 a’ 23,2 cm dalam ini ukurannya
boleh dibulatkan menjadi antara 20 dan 23 cm.
Sebuah tangga yang memungkinkan:
– Dilalui 1 orang lebar ± 80 cm
– Dilalui 2 orang lebar ± 120 cm
– Dilalui 3 orang lebar ± 160 cm
Gambar 7.1 Konstruksi Tangga Beton
Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK, Jakarta
197
7.2 Menggambar Rencana Penulangan Tangga Beton
Gambar 7.2 Konstruksi Penulangan Tangga
198
7.3 Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing Kayu
Tangga pada masa lampau mempunyai kedudukan sangat penting karena
membawa prestise bagi penghuni bangunan tersebut. Maka kalau bahan yang
digunakan menggunakan bahan kayu akan membawa dampak penghuni
rumah, karena makin lama bahan kayu mahal harganya.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembuatan tangga antara
lain:
– Bahan yang berkualitas
– Sambungan harus baik
– Mendapat penerangan yang cukup
– Finishing
Untuk memahami bentuk konstruksinya tangga dari bahan kayu, kita lihat
gambar berikut.
Detail-Detail Tangga
Gambar 7.3 Detail tangga a
199
Gambar 7.4 Detail Tangga b
Gambar 7.5 Detail Tangga c
200
Gambar 7.6 Detail Tangga d
201
Gambar 7.7 Detail Tangga e
Sumber: Gambar-Gambar Ilmu Bangunan. Jambatan, Yogyakarta
7.4 Menggambar Konstruksi Tangga dan Railling Besi/Baja
Pada prinsipnya konstruksi tangga dan railling besi/baja dan kayu sama saja,
yang jelas perbedaannya adalah bahan yang digunakan.
Tangga baja lebih tepat dipakai untuk penggunaan yang tidak utama atau
sekunder, misalnya untuk tempat yang banyak getaran, atau bengkel.
Bentuk profil untuk tangga baja yang banyak digunakan untuk ibu tangga adalah
baja kanal, sedangkan untuk anak tangga dihubungkan dengan baja siku.
Pertemuan anak tangga dan ibu tangga dilakukan dengan paku keling atau las.
Pada konstruksi dengan las dapat dibentuk dengan sederhana, karena
hubungan konstruksinya mudah. Pada anak tangga menggunakan bahan dari
papan kayu tebal 3 cm atau bahan baja pelat tipis yang dihubungkan dengan
las bila bahan dari kayu menggunakan mur baut yang dihubungkan dengan
baja siku. Sedangkan ujung bawah dipotong mendatar dan diberi tempat.
(Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK 19982)
202
Gambar 7.8 Konstruksi Tangga Baja
Gambar 7.9 Trap Tangga Baja Tipis
Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK, Jakarta
7.5 Menggambar Bentuk-Bentuk Struktur Tangga
Macam-macam bentuk tangga:
– Tangga lurus, penginjaknya tegak lurus ibu tangga
– Tangga serong, penginjaknya sama lebar tidak tegak lurus ibu tangga
– Tangga baling, penginjaknya tak sama lebar tak tegak lurus ibu tangga
– Tangga putar, anak tangga berputar mengikuti kolom penguat
– Tangga perempatan
– Tangga dengan bordes
203
Macam-Macam Bentuk Tangga
Gambar 7.10 Tangga Bordes Dua Lengan
Gambar 7.11 Tangga Bordes Tiga Lengan
Gambar 7.12 Tangga Dua Perempatan
204
Gambar 7.13
Tangga dengan Permulaan Perempatan
Gambar 7.14
Tangga dengan Penghabisan Perempatan
Sumber: Gambar-Gambar Ilmu Bangunan Gedung, Jambatan, Yogyakarta
195
BAB 7
MENGGAMBAR KONSTRUKSI TANGGA
7.1 Menggambar Konstruksi Tangga Beton
Tangga pada masa lampau mempunyai kedudukan sangat penting karena
membawa prestise bagi penghuni bangunan tersebut. Tetapi sekarang bila
membuat bangunan disertai tangga sudah bukan barang kemewahan lagi. Ini
tidak lain karena tanah yang dipunyai tidak luas maka pengembangannya harus
ke atas dan pasti memerlukan tangga.
Tangga harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
– Dipasang pada daerah yang mudah dijangkau dan setiap orang pasti
memerlukan
– Mendapat penerangan yang cukup terutama siang hari
– Mudah dijalani
– Berbentuk sederhana dan layak dipakai
Tangga berfungsi sebagai penghubung antara lantai tingkat satu dengan
lainnya pada suatu bangunan.
Sudut tangga yang mudah dijalani dan efisien sebaiknya mempunyai
kemiringan ± 40º. Jika mempunyai kemiringan lebih dari 45º pada waktu
menjalani akan berbahaya terutama dalam arah turun.
Agar supaya tangga tersebut menyenangkan dijalani, ukuran optrade (tegak)
dan aantrede (mendatar) harus sebanding.
Rumus tangga:
1 Aantrade + 2 Optrade = 57 sampai dengan 60 cm
Pertimbangan
Panjang langkah orang dewasa dengan tinggi badan normal itu rata-rata 57–
60 cm. Menurut penelitian pada saat mengangkat kaki dalam arah vertikal
untuk tinggi tertentu dibutuhkan tenaga 2 kali lipat pada saat melangkah dalam
arah horizontal.
Misal sebuah bangunan bertingkat dengan tinggi lantai 3,50 m anak tangga
tegak (optrade) ditaksir 18 cm.
Jadi jumlah optrade = 350 : 18 = 18, 4 buah dibulatkan = 19 buah sehingga
optradenya menjadi = 350 : 19 = 18,4 cm. Ukuran ini harus diteliti benar sampai
ukuran dalam milimeter.
196
Menurut rumus tangga:
1 aantrade + 2 optrade = 57 – 60 cm
Lebar aantrade (57 a’ 60 ) – 2 x 18,4 = 20, 2 a’ 23,2 cm dalam ini ukurannya
boleh dibulatkan menjadi antara 20 dan 23 cm.
Sebuah tangga yang memungkinkan:
– Dilalui 1 orang lebar ± 80 cm
– Dilalui 2 orang lebar ± 120 cm
– Dilalui 3 orang lebar ± 160 cm
Gambar 7.1 Konstruksi Tangga Beton
Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK, Jakarta
197
7.2 Menggambar Rencana Penulangan Tangga Beton
Gambar 7.2 Konstruksi Penulangan Tangga
198
7.3 Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing Kayu
Tangga pada masa lampau mempunyai kedudukan sangat penting karena
membawa prestise bagi penghuni bangunan tersebut. Maka kalau bahan yang
digunakan menggunakan bahan kayu akan membawa dampak penghuni
rumah, karena makin lama bahan kayu mahal harganya.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembuatan tangga antara
lain:
– Bahan yang berkualitas
– Sambungan harus baik
– Mendapat penerangan yang cukup
– Finishing
Untuk memahami bentuk konstruksinya tangga dari bahan kayu, kita lihat
gambar berikut.
Detail-Detail Tangga
Gambar 7.3 Detail tangga a
199
Gambar 7.4 Detail Tangga b
Gambar 7.5 Detail Tangga c
200
Gambar 7.6 Detail Tangga d
201
Gambar 7.7 Detail Tangga e
Sumber: Gambar-Gambar Ilmu Bangunan. Jambatan, Yogyakarta
7.4 Menggambar Konstruksi Tangga dan Railling Besi/Baja
Pada prinsipnya konstruksi tangga dan railling besi/baja dan kayu sama saja,
yang jelas perbedaannya adalah bahan yang digunakan.
Tangga baja lebih tepat dipakai untuk penggunaan yang tidak utama atau
sekunder, misalnya untuk tempat yang banyak getaran, atau bengkel.
Bentuk profil untuk tangga baja yang banyak digunakan untuk ibu tangga adalah
baja kanal, sedangkan untuk anak tangga dihubungkan dengan baja siku.
Pertemuan anak tangga dan ibu tangga dilakukan dengan paku keling atau las.
Pada konstruksi dengan las dapat dibentuk dengan sederhana, karena
hubungan konstruksinya mudah. Pada anak tangga menggunakan bahan dari
papan kayu tebal 3 cm atau bahan baja pelat tipis yang dihubungkan dengan
las bila bahan dari kayu menggunakan mur baut yang dihubungkan dengan
baja siku. Sedangkan ujung bawah dipotong mendatar dan diberi tempat.
(Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK 19982)
202
Gambar 7.8 Konstruksi Tangga Baja
Gambar 7.9 Trap Tangga Baja Tipis
Sumber: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK, Jakarta
7.5 Menggambar Bentuk-Bentuk Struktur Tangga
Macam-macam bentuk tangga:
– Tangga lurus, penginjaknya tegak lurus ibu tangga
– Tangga serong, penginjaknya sama lebar tidak tegak lurus ibu tangga
– Tangga baling, penginjaknya tak sama lebar tak tegak lurus ibu tangga
– Tangga putar, anak tangga berputar mengikuti kolom penguat
– Tangga perempatan
– Tangga dengan bordes
203
Macam-Macam Bentuk Tangga
Gambar 7.10 Tangga Bordes Dua Lengan
Gambar 7.11 Tangga Bordes Tiga Lengan
Gambar 7.12 Tangga Dua Perempatan
204
Gambar 7.13
Tangga dengan Permulaan Perempatan
Gambar 7.14
Tangga dengan Penghabisan Perempatan
Sumber: Gambar-Gambar Ilmu Bangunan Gedung, Jambatan, Yogyakarta

BETON „ HUBUNGAN PONDASI, STRUKTUR RANGKA DAN DINDING BATA DENGAN PERKUATAN ANGKUR“

BETON „
HUBUNGAN PONDASI, STRUKTUR RANGKA DAN DINDING BATA DENGAN PERKUATAN ANGKUR“
A.STANDAR KOMPETENSI
Membuat pasangan pondasi batu belah.
B.KOMPETENSI DASAR
Memasang pondasi batu belah yang dilengkapi dengan angkur vertikal untuk menyatukan pondasi dengan sloof.
C.MATERI PEMBELAJARAN
1.Pondasi batu belah di daerah rawan gempa.
2.Tata cara pelaksanaan pemasangan pondasi batu belah yang dilengkapi angkur.
D.STRUKTUR PEMBELAJARAN
E.INDIKATOR
1.Menjelaskan hubungan antara pasangan batu belah dengan sloof.
2.Menjelaskan fungsi angkur pada pertemuan antar muka pondasi batu belah dan sloof.
3.Memilih dimensi tulangan sesuai dengan kebutuhan untuk angkur sesuai dengan pedoman praktis.
4.Memotong tulangan dengan panjang penyaluran/tertanam sesuai dengan pedoman praktis.
5.Membentuk angkur menggunakan hasil pemotongan tulangan.
6.Memasang pondasi batu belah yang dilengkapi dengan angkur vertikal untuk menyatukan pondasi batu belah dengan sloof.
F.PENILAIAN
1.Proses kerja 30 %
2.Hasil 50 %
3.Keselamatan kerja 10 %
4.Laporan kerja 10 %
MODUL I.A - BETON 1 / 10
G.ALOKASI WAKTU
1.4 Jam Tatap Muka
2.10 (20) Jam Praktek
H.SUMBER PEMBELAJARAN
1.Anonim, (2002), SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional.
2.Anonim, (2002), SNI 15-2049-2004: Semen Portland, Badan Standardisasi Nasional.
3.Anonim, (2002), SNI 15-0302-2004: Semen Portland Pozolan, Badan Standardisasi Nasional.
4.Anonim, (2006), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, available on:http://www. tahangempa.org
5.Gani, M.S.J., (1997), Cement and Concrete, London: Chapman & Hall.
6.Gideon Hadi Kusuma dan Vis, W.C., (1994), Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Jakarta: Penerbit Erlangga.
7.Istimawan Dipohusodo, (1999), Struktur Beton Bertulang, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
8.Kardiyono Tjokrodimuljo, (1996), Teknologi Beton, Yogyakarta: Penerbit Nafiri.
9.Nawy, E.G., (1996), Reinforced Concrete: A Fundamental Approach 3rd edition, New York: Prentice Hall.
10.Neville, A.M., (1997), Properties of Concrete, New York: John Wiley & Sons. Inc.
11.Park, R. and Paulay, T., (1975), Reinforced Concrete Structures, New York: John Wiley & Sons. Inc.
12.Teddy Boen, 2001, “Impact of Earthquake on School Buildings in Indonesia”, UNCRD International Workshop and Symposium: Earthquake Safer World in the 21, Kobe.
13.Teddy Boen, 2001, “Dasar-Dasar Membangun Bangunan Tembokan Tahan Gempa”, Bahan Pelatihan Fasilitator Pembangunan Perumahan, Jakarta.
I.INFORMASI LATAR BELAKANG
1. Pendahuluan
Pondasi batu belah dipergunakan di atas tanah kuat/baik yang letaknya tidak dalam. Pada umumnya, dari permukaan tanah sedalam 50 cm terdapat tanah yang disebut tanah humus, yaitu lapisan tanah yang mengandung campuran bekas cabang-cabang kayu kecil-kecil, sampah, dan sebagainya. Di atas tanah semacam ini tidak dapat diletakkan pondasi, karena ada kemungkinan pondasi akan turun akibat memadatnya tanah humus karena muatan diatas tanah tersebut. Penurunan pondasi yang merata tidak menimbulkan masalah, karena konstruksi bangunan gedung di atas pondasi dapat turun secara merata pula. Tetapi apabila penurunan pondasi tidak dapat merata, maka kerusakan-kerusakan akibat penurunan ini tidak dapat dihindarkan. Kerusakan-kerusakan tersebut misalnya berupa:
a.pecah/retaknya tembok-tembok.
b.pintu/jendela tidak dapat dibuka.
c.atap berubah bentuk.
MODUL I.A - BETON 2 / 10
Oleh karena itu, lapisan tanah humus harus digali dan dibuang ke tempat lain.
Perletakan dasar pondasi batu belah ditetapkan lebih dalam dari lapisan tanah humus (± 30 sampai 50 cm atau, lebih dalam), agar diperoleh kepastian tanah menjadi cukup kuat dan memenuhi syarat. Kedalaman rata-rata pondasi batu belah berkisar antara 60 sampai 80 cm dari permukaan tanah.
Dasar perhitungan pondasi batu belah adalah perlebaran/perluasan dasar pondasi terhadap tebal tembok, dengan tujuan agar terjadi pembagian beban yang lebih merata dari gaya-gaya yang ditimbulkan muatan di atasnya. Intensitas gaya yang bekerja di atas tanah keras (perletakan pondasi) dihitung setiap satuan luas (kg/cm2). Oleh karena itu, pondasi batu belah merupakan pondasi ringan, yang hanya mampu mendukung muatan konstruksi bangunan gedung sederhana. Dengan demikian perlebaran/perluasan dasar pondasi dapat ditetapkan 2½ sampai 3 kali lebar bagian atas pondasi.. Walaupun demikian, dalam menentukan ukuran luas dasar pondasi, sebaiknya diperhitungkan muatan dari bangunan di atasnya.
Dalam penggambaran, untuk pasangan bata merah ½ batu diambil ukuran ± 15 cm. Lantai ditetapkan sebagai titik nol dan digunakan sebagai dasar ukuran keseluruhan bangunan. Di atas lantai setinggi 20 cm, dari permukaan lantai, dibuat pasangan kedap air yang disebut trasraam dengan campuran 1 pc : 2 pasir, dengan tujuan agar air dari tanah tidak dapat naik ke pasangan tembok. Persyaratan ini dalam praktek perlu diperhatikan. Di bawah lantai diberi lapisan pasir urug setebal ± 20 cm, yang dipadatkan dengan maksud agar diperoleh permukaan yang rata dan cukup kuat.
Di atas pondasi batu belah dipasang beton bertulang yang disebut: balok “sloof”, yang dibuat dari beton bertulang dengan campuran yang baik, dengan kuat tekan minimal mencapai 20 Mpa (200 kg/cm²). Sloof berukuran minimal 15 cm x 20 cm dengan diameter tulangan memanjang minimal 10 mm. Meskipun demikian, disarankan tulangan berdiameter 12 mm, sehingga membentuk formasi tulangan memanjang 4∅12 dan sengkang ∅8-150 atau ∅6-125. Material beton berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan baja tulangan digunakan untuk menahan gaya tarik. Tujuan penggunaan balok sloof, selain sebagai pengganti trasraam dibawah lantai, juga untuk meratakan beban komponen bangunan yang ada di atasnya untuk diteruskan ke bagian pondasi. Apabila terjadi penurunan pondasi, diharapkan tidak akan mempengaruhi konstruksi bangunan di atasnya, karena telah didukung oleh balok sloof.
2. Pondasi batu belah pada daerah rawan gempa
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah, dan harus diletakan pada tanah yang keras.
Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 60 cm dari permukaan tanah. Seluruh pekerjaan pasangan batu belah ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu belah untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping (pasangan batu kosong) selesai
MODUL I.A - BETON 3 / 10
dipasang. Pondasi juga harus mempunyai hubungan kuat dengan sloof, yang dapat dilakukan dengan pemasangan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 meter.
Pada saat terjadi gempa, tanah bergerak ke arah horisontal dan vertikal, sehingga akan bekerja pula gaya lateral yang menyebabkan adanya komponen gaya geser antara pondasi dengan komponen bangunan di atasnya (sloof). Apabila hubungan antara pondasi dengan sloof tidak cukup kuat, maka akan terjadi kerusakan akibat pergeseran sloof terhadap pondasi. Fenomena ini dapat diatasi dengan memberikan penghubung geser berupa angkur, yang menghubungkan pondasi dengan sloof, sehingga gaya geser yang bekerja pada bidang antara muka pondasi dan sloof dapat ditanggulangi. Pergeseran
Gambar 1. Kerusakan permukaan pondasi akibat gaya gempa
Untuk memperoleh pondasi yang baik, pada daerah gempa, perlu diperhatikan prinsip-prinsip galian pondasi sebagai berikut:
a.Kedalaman pondasi dari permukaan tanah minimal 60 cm.
b.Lebar bagian bawah pondasi minimal 60 cm.
c.Lebar bagian atas pondasi minimal 30 cm.
d.Konstruksi pondasi dibuat solid (pejal) dan menerus.
e.Diletakkan di atas tanah keras.
MODUL I.A - BETON 4 / 10
Gambar 2. Pondasi menerus dari batu belah
Pondasi tidak diletakkan langsung diatas tanah dalam lubang pondasi, tetapi di atas tanah tersebut diberi lapisan pasir urug minimum setebal 10 cm dan dipadatkan dengan cara menyiram dengan air, dengan maksud agar diperoleh permukaan yang merata dan dapat meredam rambatan gelombang saat terjadi gempa.
Ukuran lubang dasar galian pondasi dibuat 10 cm kiri-kanan lebih lebar daripada dasar pondasi, agar orang dapat bekerja pada waktu mengerjakan pasangan pondasi.
Galian lubang pondasi dibuat miring (5 : 1), agar dinding tanah galian tidak mudah runtuh. Kemiringan galian tanah ini makin besar untuk tanah-tanah yang gembur/lembek.
Sloof berukuran 15 cm x 20 cm dibuat dari beton bertulang dengan kekuatan tekan minimum 20 MPa (200 Kg/cm2). Untuk bangunan sederhana satu lantai, dapat dibuat dengan perbandingan volume, 1 semen: 2 pasir: 3 split (maksimum berukuran 20 mm), yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dan split dalam kondisi jenuh kering muka). Tulangan memanjang yang dipasang minimal 4∅10, tetapi disarankan 4∅12, dan sengkang ∅8-150 atau ∅6-125.
MODUL I.A - BETON 5 / 10
MODUL I.A - BETON 6 / 10
Sloof diangkur pada setiap jarak 100 cm dengan kedalaman 40 cm sehingga struktur menjadi kokoh.
Adukan yang digunakan sebagai perekat batu belah menggunakan komposisi 1 semen : 4 pasir, yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dalam kondisi jenuh kering muka).
dinding
0,15
0,60
0,80
100 mm 30 mm 30 mm300 mm100 mm 500 mm 20 20 40 100 cmGambar 4. Bentuk angkur pada pondasi batu belah
3. Tata cara pelaksanaan pekerjaan
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal dan memenuhi standar yang dipersyaratkan, perlu dipersiapkan kebutuhan alat dan bahan sebagai berikut:
a.Alat:
1)Waterpas/selang
2)Benang
3)Unting-unting
4)Paku 1,5"
5)Profil
6)Kaso 5/7
MODUL I.A - BETON 7 / 10
7)Meteran
8)Bodem
9)Sendok spesi
10)Palu
11)Bak spesi
12)Ember
13)Sekop
14)Cangkul
b.Bahan:
1)Batu belah (batu kali/gunung ataupun batu putih yang tidak pecah bila dijatuhkan ke atas batu lain dari ketinggian ± 1 meter).
2)Angkur (bentuk seperti terlihat pada Gambar 4, terbuat dari baja tulangan diameter 10 mm sampai 12 mm (kondisi baik, tidak berkarat, tidak berminyak, bukan besi bekas).
3)Semen (PC kemasan 50 kg atau PPC kemasan 40 kg) yang tidak mengeras, kering dan warnanya seragam.
4)Pasir (berasal dari sungai/darat, tidak mengandung lumpur dan bahan organik yang melebihi dari ketentuan yang berlaku).
5)Air (layak minum, tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau).
4. Langkah kerja
a.Persiapan pekerjaan
1)Mempelajari gambar kerja.
2)Mengenakan pakaian serta perlengkapan kerja lainnya.
3)Membuat adukan dengan komposisi 1 semen: 4 pasir, yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dalam kondisi jenuh kering muka), dalam kotak adukan.
4)Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
5)Elemen batu belah dibuat bersudut atau dihindari bentuk bulat pada setiap permukaannya sehingga akan menambah ikatan antar elemen dan ikatan mortar.
6)Membuat profil podasi dengan bentuk sesuai rencana dalam gambar kerja, dan dibuat menggunakan reng atau bambu bilah.
Menentukan dan mengatur tata letak pekerjaan dengan tujuan:
1)Menghindari kecelakaan kerja.
2)Tersedianya ruang gerak yang cukup leluasa saat bekerja.
3)Meningkatkan produktivitas.
4)Menghindari tercecernya material yang bisa mengakibatkan pemborosan.
5)Menambah semangat kerja.
b.Pelaksanaan pemasangan pondasi batu belah
1)Membersihkan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian, kelurusan, dan kemiringannya.
2)Menghamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal minimum ±10 cm. Apabila pasir dalam kondisi kering pada saat pemadatan, maka pasir disiram dengan air secukupnya (jangan terlalu jenuh).
MODUL I.A - BETON 8 / 10
3)Menyiram pasir urug dengan air hingga jenuh, kemudian dilakukan pemadatan.
4)Memasang profil pondasi secara kuat dengan penyokong kaso 5/7 pada ujung-ujung pondasi.
5)Memeriksa kembali bentuk, ukuran, dan kekokohan profil yang akan digunakan.
6)Memasang profil pada kedua ujung jalur lubang galian yang akan dikerjakan, dengan bantuan dua kaso 5/7 yang diletakkan berdampingan dengan jarak selebar bagian atas pondasi, dan ditancapkan dengan kokoh di dasar galian.
Gambar 5. Pemasangan profil dalam lubang pondasi
7)Memasang satu lapisan batu kosongan dengan ketinggian ± 15 cm sampai 20 cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian menaburkan pasir, dan menyiram air sampai celah-celah antara batu dapat terisi penuh.
8)Merentangkan benang di sisi luar rencana pondasi antar profil setinggi ± 30 cm. Setiap lot benang pada profil dalam setiap baris pasangan, harus mudah dipindahkan saat pelaksanaan.
9)Menghamparkan spesi pondasi dan memasang batu pondasi dengan rapi dengan posisi batu mendatar;
10)Memasang elemen batu belah dengan jalan mengaturnya dari bagian dasar (batu belah yang memiliki ukuran dan berat yang lebih besar) hingga ke atas (batu belah yang memiliki ukuran dan berat yang lebih kecil).
11)Meletakkan batu belah dengan mempertimbangkan gaya gravitasi dari berat batu ke arah sumbu pasangan, dan saling mengunci sehingga tidak tejadi bahaya pergesaran atau kelongsoran.
MODUL I.A - BETON 9 / 10
MODUL I.A - BETON 10 / 10
Tidak baik (spesi segaris) Benar (spesi tidak segar
12)Apabila pemasangan batu belah pada lapis pertama telah diselesaikan, benang dipindahkan ke lapisan berikutnya.
13)Apabila terdapat siar berukuran besar karena bentuk batu yang tidak beraturan, siar tersebut harus diisi dengan batu pecah atau split.
14)Memasang angkur baja tulangan yang telah dipersiapkan setiap jarak 1 meter dengan kedalaman 40 cm di dalam pondasi batu belah.
15)Mengulang langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan rencana.
16)Mengisi celah-celah antara batu pondasi bagian samping sampai penuh.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja antara lain:
a.Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar.
b.Membersihkan tempat kerja dari kotoran yang mengganggu.
c.Menempatkan alat-alat dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan aman untuk mendapatkan ruang kerja yang ideal.
d.Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
e.Memecahkan batu yang besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat. Gunakan kaca mata pengaman ketika memecah batu.
f.Memecahkan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar.
g.Jangan memegang spesi dan jangan terlalu sering mencuci tangan saat bekerja, karena dapat mengakibatkan iritasi pada kulit telapak tangan.
h.Mengerjakan dengan teliti, hati-hati dan penuh konsentrasi.